Tulisan ini dimuat di
SKH Kedaulatan Rakyat, Jum'at 20 November 2015.
Mengawal Bonus Demografi
Oleh: Moh. Mursyid
AKSI kekerasan seakan tak pernah henti.
Dalam beberapa bulan terakhir ini kita
seakan ditunjukkan dengan kasus
kekerasan anak yang sangat ‘mengerikan’. Mulai
kasus Engelin di Bali, siswa SD meninggal di
pinggir jembatan Desa Bulurejo Wonogiri hingga
mayat dalam kardus di Kalideres. Bukan hanya
orang dekat pelakunya. Pelaku pembunuhan
itu ada juga yang orangtuanya.
Melihat beragam kasus tersebut, aksi kekerasan
terhadap anak dari waktu ke waktu tidak
hanya semakin bertambah jumlahnya, tetapi juga
semakin biadab. Bentuk kekerasan terhadap
anak semakin beragam. Mulai kekerasan fisik
dan psikis, perdagangan manusia (human trafficking),
penelantaran, hingga kekerasan seksual
bahkan pembunuhan.
Data dari Pusat Data dan Informasi (Pusdatin)
Komnas Anak 2014 menyebutkan terdapat
21.689.787 kasus pelanggaran terhadap hak
anak. Sebanyak 42-58% merupakan pelanggaran
kejahatan seksual. Selebihnya, kasus kekerasan
fisik, penelantaran anak, eksploitasi ekonomi,
perdagangan anak untuk tujuan eksploitasi
seksual komersial.
Dari data tersebut dapat kita lihat bahwa
angka kekerasan terhadap anak di Indonesia
masih sangat tinggi. Hal ini tentu harus menjadi
perhatian banyak pihak, terutama pemerintah.
Bagaimanapun anak adalah aset bangsa yang
harus dijaga dan dilindungi keberadaannya dari
beragam aksi kekerasan. Melalui tangan anakanak
pula bangsa ini akan dipimpin nantinya.
Jika mereka tumbuh dengan nilai-nilai kebaikan,
maka mereka akan tumbuh menjadi pemimpin
yang baik pula.
Masa Puncak
Pada kurun waktu 2020-2030, Bangsa Indonesia
akan mengalami masa puncak bonus demografi.
Bonus demografi ini muncul sebagai
akibat dari besarnya proporsi penduduk produktif,
yaitu rentang usia 15-64 tahun. Pada saat
itu, jumlah penduduk dengan usia produktif sangat
melimpah.
Melimpahnya sumber daya manusia (SDM)
produktif merupakan suatu berkah. Besarnya
jumlah penduduk yang potensial untuk bekerja
berperan sebagai mesin pertumbuhan bangsa.
Dengan bonus demografi, Bangsa Indonesia dapat
melakukan percepatan pembangunan dalam
berbagai bidang, mulai dari sosial hingga
ekonomi.
Meski demikian, berkah ini bisa saja berbalik
menjadi bencana. Banyaknya jumlah penduduk
usia produktif bisa saja menjadi beban
berat yang harus ditanggung bangsa ini. Terbatasnya
lapangan pekerjaan akan menimbulkan
banyaknya jumlah pengangguran. Jangan sampai
anak-anak nantinya menjadi generasi di
usia produktif yang tidak produktif karena tidak
dapat memberikan sumbangsihnya bagi negara
dan masyarakat di sekitarnya.
Membekali Anak
Masih cukup waktu untuk mempersiapkan
anak-anak sebelum masa puncak bonus demografi
tiba. Salah satu agenda besar persiapan
yang harus dilakukan adalah dengan
membekali anak-anak dengan
berbagai pengetahuan. Selain
tentu saja, menjaga mereka
dari beragam aksi kekerasan
yang dapat merampas masa depan.
Masing-masing elemen mulai
dari keluarga, masyarakat dan
pemerintah harus dapat menjalankan
peran dan fungsinya dalam
menjaga anak-anak dalam
proses pertumbuhannya. Mulai
dari pemberian perlindungan,
pendidikan dan penghidupan
yang layak. Hal tersebut dilakukan
agar anak-anak dapat melalui
masa-masa pertumbuhannya
dengan baik. Sementara itu, pemerintah harus mengambil
langkah tegas kepada siapa saja yang terbukti
melakukan aksi kekerasan terhadap anak.
Dalam UU Nomor 23 Tahun 2002 telah diatur
perihal ketentuan pidana bagi pelaku kekerasan
terhadap anak, mulai dari penelantaran,
pelecehan seksual, penculikan, dan seterusnya.
Hanya saja, selama ini sanksi hukum tersebut
masih sangat lemah. Untuk mengurangi dan
menghapus kekerasan terhadap anak, mestinya
pemerintah harus memberikan hukuman seberat-beratnya
untuk memberikan efek jera. Misalnya
dengan memberikan hukuman mati atau
dikebiri.
Hal ini mengingat betapa berharganya jiwa
dan masa depan anak kita untuk bangsa ini.
Anak-anak adalah penerus perjuangan
bangsa. Pada pundaknya kita sandarkan harapan
dan masa depan bangsa. Jika mereka tumbuh
dalam keterpurukan, bisa kita bayangkan
betapa suramnya masa depan bangsa ini. []
This comment has been removed by the author.
ReplyDelete