Tuesday, January 1, 2013

SOEKARNO DAN TRADISI INTELEKTUAL


Bulan Juni disebut sebagai bulan Soekarno. Pasalnya, pada bulan ini terdapat hari yang bersejarah bagi bangsa Indonesia. Diantaranya, pada tanggal 6  Juni 1901, presiden RI yang pertama, Soekarno, dilahirkan di lawang Seketeng, Surabaya. Kemudian pada 1 Juni 1945, Soekarno melahirkan istilah Pancasila yang kemudian menjadi dasar negara Indonesia. Masih pada bulan yang sama, 21 Juni 1970, Soekarno akhirnya meninggal dunia di RSPAD Gatot Subroto, Jakarta. Dari serangkaian peristiwa bersejarah tersebut, tidak heran jika bulan Juni disebut-sebut sebagai bulan Soekarno.
Soekarno adalah seorang legenda yang pernah dimiliki bangsa Indonesia. Nama Soekarno tidak hanya dikenal di dalam negeri saja, bahkan bangsa Barat pun mengakuinya sebagai pemimpin yang konsisten terhadap perjuangan anti-kapitalisme dan anti-kolonialisme. Ia dikenal sebagai Bapak proklamator sekaligus menjadi Bapak Bangsa (Founding Fathers) yang banyak berperan dalam proses kemerdekaan RI. Ia juga dikenal sebagai seorang ideolog dan orator ulung yang karismatik, berwibawa dan dicintai rakyat.
Sebagai figur yang sangat berpengaruh, ada banyak pelajaran penting yang bisa kita ambil sosok Soekarno. Disadari atau tidak, keberhasilan Soekarno sebagai pemimpin tidak bisa dilepaskan dari semangat belajar yang tinggi. Soekarno adalah sosok yang mempunyai tradisi intelektual yang kuat. Ia adalah seorang ‘kutu buku’. Pada saat kuliah di Technische Hoge school (sekarang ITB), Soekarno tidak mau dibatasi oleh dinding-dinding ruangan kelas untuk terus belajar. Ia terus belajar dengan melahap berbagai buku, Sosial, ekonomi dan politik yang ada di perpustakaan.
Beberapa buku yang mempengaruhi pemikiran Soekarno adalah karya karya Sun Yat Sen yang berjudul San Min Chu-I, serta buku-buku karya Karl Marx dan Thomas Jefferson. Selain Itu, ia juga membaca buku tentang teori-teori Perang Pasifik yang berjudul Seapower in The pacific karya seorang ahli maritim berkebangsaan Inggris, Hektor Baywater. Juga buku Geopolitik des Pazifischen Ozeans karya Karl Haushofer dari Universitas Munchen, Jerman.
Selain ‘kutu buku’, Soekarno juga orang yang gemar menulis. Terbukti beberapa artikel yang dihasilkan Soekarno berpengaruh besar pada saat melawan penjajahan.  Diantaranya adalah artikel politik yang ditulis untuk melawan kolonialisme Belanda dan dimuat di surat kabar Oetoesan Hindia. Selain itu, ia juga pernah menulis artikel yang berjudul “Nasionalisme, Islamisme, dan Marxisme” yang dimuat dalam surat kabar Suluh Indonesia Muda.
Kegiatan membaca dan menulis memang tidak bisa dipisahkan dari diri Soekarno. Ia adalah orang mempunyai tradisi intelektual yang kuat. Terbukti dengan membaca dan menulis, Soekarno mampu menjadi orang yang berpengaruh di dunia.
Dengan adanya bulan Soekarno, menjadi saat yang tepat untuk kembali menyulut semangat belajar anak bangsa. Semoga kita, juga bangsa ini menjadi bangsa yang berkarakter dan mempunyai tradisi intelektual yang kuat. Semoga![]


Dimuat di SKH Kedaulatan Rakyat,  26 Juni 2012

0 komentar:

Post a Comment